Pohon Loa atau Ficus Racemosa (syn. Ficus Glomerata Roxb)
adalah jenis tanaman dalam keluarga Moraceae. Pohon Loa banyak dijumpai tumbuh
didaerah berair, umumnya disekitar tepian aliran sungai. Loa adalah
tumbuhan asli yang banyak dijumpai di Australia, Malesia, Asia Tenggara dan
benua India. Di Indonesia, pohon loa banyak dijumpai di beberapa daerah hutan
tropis dan hidup di rawa, sungai. Maka jika ada yang ingin menanam pohon loa
disekitar pekarangan, tanaman ini haruslah dijaga ketesediaan airnya (asal
drainase baik).
Loa banyak sekali tumbuh dari
mulai dataran rendah hingga dataran tinggi, pohon ini tidak rewel dalam
pemeliharaannya. Bentuk pohon ini rindang dan bila dilihat dari kejauhan
sangatlah gagah dan kokoh, serta menarik. Pohon Loa memiliki tubuh yang besar bahkan
lingkar batangnya bisa sampai 5 meter di alam bebas. Batang utamanya kadang
mengeluarkan akar gantung dan dari batang itu juga bisa muncul buah yang bisa
dimakan ketika sudah masak, rasanya manis asam dan cocok untuk dipakai buah
rujakan. Terkadang batang utamanya menjadi pipih dan memberikan kesan angker
bagi siapa saja yang melihatnya.
Ciri-ciri fisik pohon Loa:
- Bentuk atau kebiasaan : Pohon tinggi bisa mencapai ± 17 m
- Getah : di seluruh bagian pohon dan batang berwarna putih susu.
- Daun : Daun panjang 7,5-15 cm, bulat telur sampai lonjong atau elips-lanset, seluruh, meruncing ke ujungnya, sedikit berbulu segera menjadi berbulu.
- Tangkai daun 2 – 7 cm panjang, stipula persisten 0,5 – 2 cm .
- Bunga mencolok : Inconspicuous
- Warna bunga : Deskripsi Bunga : bunga Unisex diapit ara . Sebuah lubang kecil menyediakan akses , biasanya untuk satu spesies tertentu dari tawon , di mana betina meletakkan telurnya. Tawon yang baru menetas biasanya penyerbukan buah ara saat mereka melakukan perjalanan ke buah yang berbeda pada saat bubaran.
- Buah : Mencolok
- Warna Buah : Merah (setelah matang)
- Buah : berdaging. Deskripsi Buah : The buah ara , ditanggung dalam kelompok pada batang dan cabang utama adalah bulat atau berbentuk buah pir , sampai 4cm diameter dan merah pada saat jatuh tempo .
- Habitat : Hutan hujan tropis sering dijumpai di tepi-tepi sungai atau parit.
- Distribusi : Meluas hampir seluruh Indonesia dan luar negeri .
- Sumber makanan bagi : pemukim awal yang digunakan buah untuk membuat jelly . Buah yang dimakan oleh burung makan buah dan kelelawar . Tanaman pangan larva untuk berbagai kupu-kupu dan ngengat spesies .
- Toksisitas : Tidak dikenal adanya racun
- Kandungan kimia: Daun mengandung glikosida, gluanol asetat, β-Amirin dan β-sitosterol. Bark mengandung ceryl behanate, lupeol, lupeol asetat, α & β-Amirin, gluanol asetat, β-sitosterol, stigmasterol dan keton. Asetat dan β-Gluanol sitosterol juga telah isolatated dari kayu batang tersebut. Alkaloid, dumurin telah diisolasi dari kulit batang. Buah mengandung asetat lupeol, β-sitosterol, hentriacontane, gluanol asetat dan ester asam tiglic dari taraxasterol dan glukosa (Ghani, 2003).Sebuah tetracyclic baru triterpen-glauanol asetat telah diisolasi dari daun, kulit kayu dan kayu batang (Rastogi & Mehrotra, 1993).
Manfaat/Khasiat :
Buah dianggap astringent, perut
dan karminatif, diberikan dalam menorrhagia, hemoptisis, bronkitis, batuk
kering, penyakit ginjal dan limpa.Buah mentah adalah zat ke dalam perut, tonik
dan obat penahan darah, penawar haus, berguna dalam keputihan. Buah yang matang
adalah tajam dan pendinginan, berguna dalam biliousness, sensasi terbakar,
kelelahan, pembuangan kemih, haus, kusta, menorrhagia, dan perdarahan hidung.
Jus segar dari buah matang digunakan sebagai tambahan untuk persiapan logam,
yang diberikan pada diabetes. Buah digunakan untuk nyeri rematik di Khagrachari
oleh Chakma tersebut. Bark adalah pendinginan, zat dan galactagogue, berguna
dalam asma, tumpukan dan uterus yang matang, sebagai infus itu diberikan untuk
menorrhagia. Daun adalah zat ke dalam perut dan baik untuk bronkitis dan kasih
sayang empedu. Lateks adalah afrodisiak dan vulnerary, berguna dalam radang,
tumpukan, diare dan dalam kombinasi dengan minyak wijen pada kanker. Akar
digunakan dalam disentri, getah tonik dan digunakan pada diabetes (Yusuf et al
2009.).
EtOH (50%) dari ekstrak kulit
batang adalah antiprotozoal dan hipoglikemik (Asolkar et al.,1992). Sebuah
fraksi glikosida kaya dari daun memiliki efek hipotensi dan jantung-depresif
(Rastogi & Mehrotra, 1990). Petroleum eter dan ekstrak alkohol daun
memiliki aktivitas anti-inflamasi (Tailang et al., 2007).
Perbanyakan pohon ini bisa dengan
cara di stek, cangkok ataupun dari biji. Pohon ini cocok sekali digunakan
sebagai tanaman penahan longsor, karena sifatnya yang bisa tumbuh dengan cepat
dan akar yang ada sangat proporsional jika dipakai untuk penahan beban tanah
yang kurang stabil. Pohon loa tidak terlalu banyak menuntut media tanam yang
aneh aneh, bisa ditanam dalam kondisi tanah yang bagaimanapun salkan akarnya
tidak tergenang yang pada akhirnya akan membuat busuk akar.
Bonsai dari pohon ini bisa di pergunakan
dengan berbagai macam gaya, bisa kengai,han kengai,slanting maupun broom. Semua
gaya bisa diadopsi oleh pohon ini karena bentuk dialamnya pun sangat
bervariasi. Untuk para pecinta bonsai yang menyenangi akar terlihat diatas
tanah, maka pohon ini bisa menjadi primadona anda karena akar yang ada sangat
bagus untuk ditonjolkan.
Daun pohon ini sangat mudah
sekali menjadi kecil hanya dengan beberapa kali saja melakukan prunning daun.
Daun yang keluar nantinya bisa sangat kecil, dan kecilnyapun bisa kompakan.
Daun Loa (Ficus remosa) warnanya sangat menarik hati, dengan tekstur yang indah
dan warna yang hijau gelap menambah seribu keindahan yang tersembunyi di pohon
ini.
Musuh pohon ini adalah suasana
yang becek dan teduh serta kutu putih, ketiga macam itula yang bisa
membinasakan pohon ini. Ketika ditanam di pot sebagai bonsai, pohon Loa
menghendaki tanah yang berdrainase baik dan selalu lembap. Kekeringan hingga 3
hari bisa menyebabkan pohon ini mati dengan gejala awal jatuhnya semua daun dan
batang berubah menjadi berwarna coklat tua dan akhirnya menjadi kering.
Pohon Tin diatas Pohon Loa
Tahukah kamu bahwa, akhir-akhir
ini banyak penanam dan penghobi tin atau ara yang menggunakan pohon loa sebagai
batang bawah untuk melakukan grafting atau sambung?
Entah siapa yang memulai melakukan
penyambungan pohon loa sebagai batang bawah dengan Tin/Ara sebagai batang atas,
namun telah banyak para pekebun atau penghobi pohon tin/Ara yang telah
menggunakannya. Alasan digunakannya pohon Loa sebagai batang bawah karena lebih
kokoh, tidak gampang mati jika disiram air dengan volume yang berlebih.
Comments
Post a Comment